Grup Lippo Siap Menantang Grup 21 dan Blitz dalam Industri Bioskop
Dominasi Grup 21 dan Blitz dalam industri bioskop nasional akan mendapatkan tantangan dari Grup Lippo yang siap merambah bisnis tersebut mulai tahun depan. Apa senjata mereka? Simak informasinya di dalam.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dominasi Grup 21 dan Blitz dalam industri bioskop bakal mendapatkan tantangan yang besar. Seperti dilansir dari Kompas, salah satu grup bisnis besar di tanah air, Grup Lippo rupanya sudah mempersiapkan diri untuk ikut terjun dalam bisnis tersebut. Selama ini, memang industri bioskop tampak sangat didominasi oleh dua pemain tersebut, utamanya untuk Grup 21. Bahkan sampai saat ini, dominasi dari Grup 21 masih belum tergoyahkan meskipun sudah hadir penantang dari Blitz.
Pertanyaannya, apa senjata Grup Lippo untuk menantang dominasi kedua grup tersebut di industri bioskop tanah air? Langkah pertama dari grup tersebut adalah dengan tidak memperpanjang kontrak mall yang digunakan oleh Grup 21 maupun Blitz sebagai basis bioskop mereka. Ya, seperti yang kita tahu Grup Lippo memiliki salah satu jaringan mall terbesar di Indonesia lewat Lippo Mall. Kebetulan, banyak kontrak ruang bioskop 21 dan Blitz di mall-mall milik Grup Lippo yang akan habis pada bulan Februari 2014 yang akan datang.
Presiden Direktur Grup Lippo sendiri, Theo L. Sambuaga mengungkapkan bahwa mereka memang akan memulai bisnis baru ini pada bulan Februari 2014 tersebut. Sebagai permulaan, mereka akan memanfaatkan ruang-ruang di mall milik mereka yang ditinggalkan oleh Grup 21 dan Blitz yang tidak diperpanjang kontraknya. Theo mengungkapkan, ada sekitar 40 mall milik mereka yang bisa dimanfaatkan untuk membangun ruang-ruang bioskop. Jika satu mall saja rata-rata memiliki sekitar 4 studio, maka total untuk langkah awal ini Lippo diperkirakan bakal memiliki sedikitnya 160 studio.
Langkah ini bisa dikatakan besar karena total sampai saat ini total studio yang dimiliki oleh 21 dan Blitz adalah sekitar 700 studio. Theo melihat ini sebagai peluang yang besar mengingat jumlah sebesar itu tidak sebanding dengan rasio penduduk Indonesia. Jika berbicara mengenai rasio, satu studio bisa digunakan untuk melayani sekitar 357.000 penduduk Indonesia. Bandingkan dengan Singapura, yang memiliki rasio sekitar 1:25.000 alis satu studio bioskop digunakan untuk melayani 25.000 penduduk.
Mengenai target jangka panjang sendiri, Theo mengungkapkan bahwa pihaknya menargetkan bakal memiliki sekitar 1000 studio dalam lima tahun ke depan. Sedangkan untuk film-film yang disajikan, selain menyajikan film-film box office dari Hollywood, mereka juga akan menghadirkan film dari beberapa negara Asia seperti China dan Korea Selatan. Cinema 21 sendiri kabarnya tidak gentar dengan langkah Lippo yang akan mengancam dominasi mereka ini. Mereka juga tidak mau kalah, dan menargetkan pada tahun 2017 bakal memiliki 1000 studio untuk melayani penikmat film di Indonesia.
[Sumber: Kompas/Kontan/cinema21]