Review Resident Evil: Infinite Darkness, Terasa Mengecewakan
Serinya punya potensi, tapi empat episode ini bikin kecewa
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Resident Evil: Infinite Darkness adalah seri animasi CG RE terbaru di tahun 2021. Sejak Kamis (8/7/2021), empat episode serinya sudah bisa ditonton di Netflix Indonesia.
Apakah seri ini terasa bagus atau mengecewakan? Ini pendapat saya!
1. Sinopsis Resident Evil: Infinite Darkness
Yang unik dari Infinite Darkness adalah latar waktunya. Film ini terjadi di tahun 2006, setelah Leon berhasil menyelesaikan Resident Evil 4 dan sebelum kejadian Resident Evil 5.
Ada pihak yang mencoba hacking Gedung Putih. Leon S. Kennedy didatangkan ke sana untuk membantu menyelidiki. Namun kedatangan Leon bertepatan dengan kejadian tak terduga: ada infeksi zombi di Gedung Putih.
Di sisi lain, Claire Redfield di awal film bekerja sebagai aktivits TerraSave, membantu korban perang dan pengungsi di negara fiktif Penamstan. Dia melihat gambar dari seorang anak korban perang, yang memperlihatkan situasi mengerikan di mana orang-orang tampak saling memangsa satu sama lain.
Sebagai penyintas Raccoon City, Claire jelas curiga kalau telah terjadi sesuatu yang kelam di Penamstan. Dia pun mencoba menyelidiki.
Baca Juga: 5 Kemiripan Rosemary Resident Evil dan Heather Silent Hill
2. Seri yang ingin menceritakan banyak hal, tapi penyajiannya kurang bagus
Resident Evil: Infinite Darkness terdiri dari empat episode, masing-masing durasinya di bawah 30 menit, termasuk layar credits dan intro.
Dalam durasi total sekitar dua jam kurang, seri ini ingin menceritakan banyak hal.
Ada konspirasi pemerintah Amerika yang sudah terasa sejak Perang Saudara Penamstan, di mana bahkan ada prajurit Amerika sendiri yang jadi korban.
Ada sorotan soal trauma perang yang dirasakan Jason dari pengalamannya di Penamstan.
Ada potensi konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang seperti sengaja ingin dipicu oleh tokoh tertentu dari balik layar.
Apakah film ini berhasil menyajikan semua cerita di atas dengan memuaskan? Bagi saya sih tidak.
Pacing dari seri ini terasa aneh. Kejadian di tiga episode bagi saya terasa baru sebagai pembangunan konflik. Kita baru tahu motivasi antagonis dan karakter pendukung, serta kejadian yang jadi latar belakang semua ini.
Mungkin tidak masalah kalau kemudian ada beberapa episode lagi setelah tiga episode pertama, yang bisa membantu memberi penjelasan atau pembangunan beberapa poin plot yang diangkat.
Tapi episode 4 itu sudah akhir dari season perdana seri ini.
Jadinya, beberapa plot seri ini terasa berakhir dengan terlalu mendadak di episode 4. Sementara segelintir tampaknya hendak disimpan kalau-kalau seri ini punya season lanjutan.
Penyajian cerita seri ini juga semakin terasa aneh begitu saya menyadari kalau seri ini lebih fokus menyorot latar belakang para tokoh baru, hingga serinya bahkan tidak banyak menyorot karakterisasi tokoh utamanya.
Serinya benar-benar terasa berharap kalau kamu sudah kenal dulu Leon dan Claire jadi mereka tidak perlu menjelaskannya lagi.
Saya bisa maklum kalau ini adalah seri yang tujuannya adalah menghibur para fans game-nya. Namun fans game-nya pun saya rasa malah bisa kesal, karena para protagonisnya yaitu Leon dan Claire justru kadang terasa kalah sorotan dalam tiga episode pertama.
Apalagi Claire. Leon setidaknya masih diberi kesempatan beraksi, Claire di seri ini terasa kurang berkesan perannya bagi saya.
Bahkan Claire ini bisa saja digantikan dengan karakter orisinal, dan saya rasa tidak akan ada dampak terlalu besar.
3. Penutupnya pun kurang memuaskan
Saya kira setidaknya seri ini akan memberikan ending yang menutup konflik cerita seperti di movie Resident Evil sebelumnya.
Tapi mungkin karena seri ini direncanakan punya season 2, ending seri ini pun terasa gak memuaskan. Masih ada sisa plot yang menggantung, dan adegan terakhirnya mengisyaratkan kalau cerita yang diangkat film ini belum benar-benar berakhir.
Jadi ujung-ujungnya, yang kita dapatkan adalah seri dengan konflik yang terasa terlalu terburu-buru disajikan dalam empat episode dengan penutup yang gak memuaskan juga.
4. Bagaimana aksi dan efeknya?
Yang menarik perhatian saya adalah seri ini sepertinya memilih pendekatan aksi yang lebih realistis ketimbang aksi gila-gilaan di Vendetta.
Ada beberapa momen aksi yang asyik, seperti dalam adegan tertentu yang dihadapi Leon di episode 2.
Sementara itu untuk efek... ada beberapa bagian film ini yang terasa oke. Namun ada juga beberapa bagian di mana animasinya mendadak terasa kaku dan aneh.
5. Kesimpulan?
Saya akan memberikan Resident Evil: Infinite Darkness nilai 2/5.
Saat ini, serinya menyajikan plot yang terasa terlalu terburu-buru hingga klimaksnya jadi terasa hambar. Lalu ending-nya pun kurang memuaskan.
Tapi kalau kamu ingin menilai sendiri serinya, judul ini sudah ada di Netflix Indonesia.
Gimana menurut kamu soal seri ini? Sampaikan di kolom komentar!
Baca Juga: 5 Bukti Kekuatan Rosemary Winters, Anak Ethan di Resident Evil Village