Review We Live in Time, Antara Cinta dan Kenangan
Garfield and Pugh menjalani cinta dari tabrakan pertama
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Drama
ACTORS: Andrew Garfield, Florence Pugh, Grace Delaney
DIRECTOR: John Crowley
RELEASE DATE: 20 November 2024
RATING: 4/5
Film We Live in Time karya sutradara John Crowley menyajikan kisah cinta sederhana namun memikat, dibalut dengan pendekatan cerita non-linear yang menggugah emosi. Dibintangi Florence Pugh dan Andrew Garfield, film ini mengajak penonton merenungkan makna waktu, cinta, dan kenangan. Berikut ini ulasan lengkapnya.
1. Kekuatan Cinta dalam Kesederhanaan
Kisah Almut (Florence Pugh), seorang koki ambisius, dan Tobias (Andrew Garfield), pria sederhana penjual Weetabix, dimulai dengan cara yang tidak biasa – pertemuan tak sengaja saat Almut menabraknya dengan mobil. Dari awal hingga akhir, hubungan mereka dibangun di atas momen-momen kecil yang nyata, mulai dari obrolan santai hingga keputusan penting tentang masa depan.
Penampilan Pugh dan Garfield begitu meyakinkan, menggambarkan pasangan yang tidak hanya saling mencintai, tetapi juga saling melengkapi. Dengan dialog yang tenang tanpa melodrama berlebihan, kisah ini menyelimuti penonton dengan kehangatan, layaknya selimut yang menenangkan. We Live in Time mengingatkan bahwa cinta sejati sering kali terlihat dalam hal-hal sederhana, bukan dalam gestur besar yang dramatis.
Keindahan hubungan mereka semakin kuat lewat penggambaran keintiman yang tidak berlebihan. Stuart Bentley, sebagai sinematografer, menampilkan adegan-adegan mesra dengan sentuhan artistik yang memperlihatkan tubuh sebagai subjek, bukan objek. Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika mereka berbagi bak mandi bersama, menunjukkan kenyamanan emosional dan fisik yang mendalam.
Baca Juga: Review Wicked, Prekuel The Wizard of Oz yang Menarik tapi Melelahkan
2. Kenangan, Kehilangan, dan Makna Waktu
Cerita film ini tidak disusun secara kronologis, tetapi berpindah-pindah antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Walaupun tanpa petunjuk visual seperti keterangan waktu, alur non-linear ini terasa alami dan mencerminkan cara kita mengingat kenangan. Dari awal pertemuan mereka hingga momen menghadapi tantangan hidup seperti kehamilan dan penyakit, setiap potongan waktu terjalin dengan emosi yang kuat.
Tema kehilangan juga menjadi sorotan utama. Ketika Almut berjuang melawan penyakit serius, ia berusaha memastikan dirinya dikenang dengan cara yang penuh makna oleh Tobias dan anak mereka, Ella. Florence Pugh memerankan Almut dengan begitu menyentuh, memperlihatkan ketakutan, amarah, dan keberanian dalam menghadapi kematian.
Namun, We Live in Time tidak menjadikan Almut sosok tragis. Sebaliknya, film ini menggambarkan bahwa hidup adalah kumpulan momen-momen yang saling melengkapi, suka maupun duka, dan bahwa cinta sejati akan terus hidup dalam kenangan.
3. Kesimpulan
We Live in Time adalah film yang menggugah hati, memperlihatkan keindahan cinta dan kehidupan yang sederhana. Dengan penampilan memukau Florence Pugh dan Andrew Garfield, serta arahan emosional dari John Crowley, film ini menjadi pengingat bahwa setiap momen hanya terjadi sekali, dan itulah yang membuatnya begitu berharga.
Baca Juga: Review Seri Prime Video Cross, Slow Burn Satu Musim