Review Dead Talents Society, Saat Hantu Berjuang Menakuti Manusia
Sudah jadi hantu pun para arwah ini masih harus kerja keras
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Komedi supernatural
ACTORS: CHEN Bo-Lin, Sandrine PINNA, Gingle WANG
DIRECTOR: John Hsu
RELEASE DATE: 6 September 2024
RATING: 4.5/5
Pada hari Sabtu (7/9/2024) saya mendapat kesempatan menyaksikan screening Dead Talents Society, film horor komedi Taiwan.
Saya awalnya kurang tahu ini film apa, tapi setelah menyaksikannya saya cukup terkesan.
Simak review Dead Talents Society di bawah ini!
1. Gambaran cerita
Tokoh utama kita, sebut saja Rookie atau Newbie, adalah hantu yang awalnya menjalani kehidupan setelah mati dengan normal bersama hantu lain, Camilla.
Namun setelah kejadian tertentu, Rookie jadi hanya punya 28 hari sebelum rohnya lenyap dari dunia...
Supaya dia bisa terus eksis di dunia, Rookie harus dapat izin kerja.
Bukankah dia itu sudah mati? Memang apa pekerjaan hantu? Ya menakut-nakuti manusia yang masih hidup.
Yang jadi masalah: Rookie terasa tak punya bakat menakut-nakuti orang lain.
Setelah upayanya dalam kontes gagal, Rookie kemudian didekati seorang agen mencurigakan bernama Makoto.
Apakah tawaran Makoto bisa jadi kunci Rookie tetap eksis di dunia?
Baca Juga: Review Subservience, Teror Kematian dari Para AI
2. Suguhkan lawakan yang kadang berdarah-darah tapi konsisten kocak
Dengan genre komedi supernatural, tentu saja Dead Talents Society menawarkan banyak komedi.
Tapi satu yang saya tekankan: beberapa humor yang disajikan di Dead Talents Society ini berdarah-darah.
Jadi gini: hantu di Dead Talents Society terasa masih terikat hukum fisika. Mereka tidak bisa tembus objek. Kalau mereka tertabrak mobil ya mereka masih akan terhantam dan kemudian kesakitan. Kalau mereka terseret mobil akan ada jejak darah panjang tercipta.
Kalau mereka menderita cedera serius, bisa ada darah menetes atau bahkan muncrat.
Kalau mereka jatuh dari gedung lalu menghantam logo bangunan, ya tubuh mereka akan tertembus.
Hanya saja karena mereka sudah mati, meski mereka kesakitan, para hantu akan tetap bisa bangkit lagi kemudian.
Sejumlah humor di Dead Talents Society menyorot situasi dimana beberapa arwah, terutama Rookie, menderita kesialan seperti itu.
Apakah tetap kocak? Menurut saya sih iya. Banyak komedi di film ini sukses mengocok perut saya. Baik yang normal maupun yang berdarah-darah.
Tapi pertimbangkan faktor darah bermuncratan dari para hantu ini di sejumlah komedi sebelum menyaksikan filmnya. Karena saya tahu ada juga pembaca yang beneran tidak suka melihat pertumpahan darah, bahkan dalam konteks komedi.
3. Dalam durasi 110 menit, karakter-karakter utamanya dapat sorotan dan penyajian yang bagus
Durasi Dead Talents Society adalah 110 menit.
Dalam durasi itu, saya merasa karakter-karakter film ini seperti Rookie, lalu Catherine sang hantu yang dulu populer namun sekarang sudah dianggap ketinggalan zaman, Makoto si agen mencurigakan, Jessica yang dulunya murid Catherine namun kini menjadi rivalnya, semua tersaji dengan sangat baik.
Saya terutama suka bagaimana Rookie beneran tersaji sebagai sosok yang beneran normal. Ini saya rasa membuat dia terasa sangat relatable dan perjalanan yang ia lalui di film ini berpotensi menggugah emosi penonton.
Film ini mungkin komedi, tapi pembangunan karakter yang solid ini membuat drama-drama yang tersaji terasa memikat juga.
Bahkan bukan hanya mereka saja, karakter yang lebih bersifat seperti pendukung macam Camilla dan Kouji juga tersaji dengan pas.
Ketika film ini berakhir, saya rasa karakter-karakter ini akan membekas di benak yang menonton.
4. Aspek kehidupan hantu yang bagaikan bisnis hiburan cukup menarik
Ketika saya membaca premis Dead Talents Society, kesan saya adalah, "Bukannya ini Monsters, Inc. hanya saja dengan tokoh hantu bukannya monster?"
Soalnya konsepnya memang mengingatkan pada Monsters, Inc. Makhluk-makhluk yang bukan manusia mendapatkan sesuatu dengan menakut-nakuti manusia.
Tapi menurut saya Dead Talents Society tetap sukses dalam menyajikan konsep dunia hantu ini.
Dunia hantu film ini terasa sebagai semacam gambaran dunia seleb, dengan intrik seperti hantu senior bisa tiba-tiba dikhianati dan disalip oleh sosok yang tadinya dia mentor, bahaya jika seorang hantu tak lagi bisa menarik perhatian, dan upaya para hantu untuk bisa terlihat demi eksistensi mereka.
Bahkan proses menakut-nakuti manusia saja terasa seperti syuting konten prank, ada proses persiapan, pembangunan mood, serta faktor timing jump scare.
5. Saya suka visualnya, terutama desain kostum para hantu dan Hotel Wang Lai
Selain komedi kocak dan karakterisasi yang bagus, Dead Talents Society memiliki visual yang membekas di benak saya.
Saya terutama suka desain kostum para hantu saat bekerja.
Kocaknya, para hantu ini awamnya akan pakai pakaian normal. Tapi ketika mereka ingin menakut-nakuti, mereka pun ganti kostum dengan yang lebih seram.
Nah kostum sejumlah hantu ini menarik minat saya. Terutama kostum yang dipakai si Newbie, kostum Jessica (yang mengingatkan saya pada kostum gaun merah dari anime Perfect Blue), bahkan kostum sejumlah hantu figuran.
Selain kostum, penampakan Hotel Wang Lai, yang menjadi fokus banyak kejadian di film ini, juga menarik.
Hotel tua ini memberi kesan retro yang memikat.
6. Kesimpulan
Saya memberikan Dead Talents Society nilai 4,5 dari 5 bintang.
Filmnya sangat menghibur, dengan berbagai komedi kocak soal "kehidupan" hantu.
Kalau kamu tidak keberatan dengan beberapa humor berdarah, film ini kocaknya mantap.
Selain komedi, film ini juga mampu menyajikan karakter-karakternya dengan oke dalam durasi sekitar 110 menit kurang. Kisah sejumlah karakternya, terutama Rookie selaku tokoh utama, terasa memikat. Pembangunan karakter ini yang membuat ketika ada unsur drama, momen itu jadi terasa nendang.
Saya juga menyukai aspek visualnya. Terutama desain hotel berhantu tempat utama yang dihantui Catherine dan timnya.
Nah itu review Dead Talents Society.
Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar!
Baca Juga: Review Beetlejuice Beetlejuice, Sebuah Sekuel yang Utuh