Tipikal Koboi, tapi Lokasi Indonesia! Review: Buffalo Boys (2018)
Koboi kok naik kerbau? - Van Trach
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapkah kamu dengan aksi koboi di era lokal yang membuatnya sepintas unik nan ajaib? Baca dulu ulasan seru soal Buffalo Boys ini!
Buffalo Boys adalah film besutan Mike Wiluan yang menambahkan sentuhan aksi dalam genre Satay Western yang didahului oleh Marlina Sang Pembunuh dalam Empat Babak!
Berbeda dengan film itu, Buffalo Boys mengandalkan aksi berkuda dan pertarungan antar senjata api yang lebih mendasar dalam genre film western ini! Pertarungan jarak dekat yang berdarah, aksi tembak menembak dengan berbagai senjata api khas masanya mewarnai sepanjang film ini!
Tema tentang balas dendam dan keadilan yang timpang akibat kolonialisme ini memiliki narasi yang sedikit imperialis di dalam ceritanya. Seolah, para koboy kita tidak mungkin menjadi seorang superhero tanpa hidup di Wild West sesungguhnya.
Tentunya, film yang satu ini lebih mudah untuk dicerna ketimbang mengandalkan situasi lokal, namun sureal yang dipersembahkan oleh Marlina, apalagi sebagai film yang menargetkan kalangan luas untuk menikmatinya!
Meskipun mendapatkan screening sampai ke luar negeri, tapi Buffalo Boys akhirnya memiliki hasil yang sedikit mengecewakan dalam eksekusinya. Jelas, apa saja hal tersebut akan diuraikan di poin selanjutnya.
Jamar dan Suwo adalah kakak beradik keturunan Sultan Hamza yang dilarikan ke Amerika semenjak bayi akibat pendudukan Van Trach. Beberapa tahun kemudian, kedua anak ini bersama Arana, sang pengasuh kembali ke tanah air untuk melaksanakan rencana besar mereka merebut daerah tersebut!
Di sisi lain, Van Trach yang juga semakin menua menyembunyikan satu lagi orang yang berpotensi menjegal rencana besar mereka. Lebih dari ini tentu saja merupakan spoiler, bukan?
Nah, bagaimanakah impresi utama terhadap hasil dari film lokal produksi Studio ini? Simak di halaman sebelah!
Buffalo Boys menawarkan film aksi yang seperti ekspektasi, cocok pula untuk kalangan umum yang menghindari film sakit kepala tapi memiliki pesan kuat seperti Marlina!
Akting Ario Bayu dan Yoshi Sudarso sebagai tokoh utama persis menggambarkan orang asing yang kagok dengan bahasa Indonesia, meskipun secara teknis bahasa tersebut jelas belum ada di dalam Nusantara dan secara teknis baru diproklamirkan dalam Sumpah Pemuda 1928. Tapi tentunya ragam Melayu masih terasa asing bagi penonton umum, jadi hal ini bisa dimaklumi.
Masalahnya, setiap dialog yang dituturkan seolah diangkat dari komik, yang ironisnya Buffalo Boys juga diadaptasi menjadi komik di Comico! Perasaan meluap-luap seperti makan popcorn dari emosi yang dijiwai oleh Tio Pakusadewo dan Happy Salma menjadi renyah dimakan tulisan kaku.
Permasalahan utama barangkali bisa ditujukan kepada Mike Wiluan dan Raymond Lee dalam menulis skrip kaku nan kocak ini! Dialog kaku yang disampaikan dengan seserius-seriusnya membuat momen demi momen menegangkan jadi cair dengan segera! Bahkan akting Alex Abbad yang seharusnya menjadi menyeramkan menjadi badut dengan membaca dialognya sendiri!
Dalam departemen aksi, sangat disayangkan lagi-lagi koreografi yang bagus digilas dengan editing setengah jadi! Seolah diimpor dari Alif Lam Mim, Buffalo Boys memiliki adegan demi adegan kepalang tanggung dalam menggambarkan kekerasan!
Komposisi adegan yang banyak sekali terlambat dipotong seolah menggaungkan teknik film Jackie Chan, tapi kehilangan energi sama sekali! Adegan-adegan sadis yang katanya membuat film ini dilabel untuk dewasa pun barangkali hanya mendapat rating tersebut gara-gara muncratan darah semata.
Baca halaman terakhir kalau penasaran dengan skor dan rekomendasi cocok dari impresi film ini!
Akhirnya dengan segala permasalahan tersebut, setidaknya film ini dibawakan dengan keseruan yang sama dengan tipikal film-film aksi western di luar negeri. Dan pahitnya, kelemahan film-film tersebut juga menular dalam Buffalo Boys!
Bahkan di penghujung cerita, kisah ini tetaplah film western heroik receh berikut dengan penutupnya yang sangat koboi sekali. Bahkan musik pengantar di belakangnya juga kurang menginspirasi dan tipikal sekali dengan film-film western pendahulunya. Bahkan parodi seperti 3 Djanggo Benyamin Sueb memiliki komposisi yang lebih kreatif.
Dengan segala ketidaksempurnaannya, Buffalo Boys adalah film 6/10 dalam membawakan cerita yang seru, meski tidak ada yang baru! Ketimbang Clint Eastwood, film ini malah mirip John Wayne!
Film ini cocok sekali dengan para penggemar aksi sambil makan popcorn dan pizza di bioskop. Bagaimana menurutmu? Bagikan opinimu tentang Buffalo Boys di kolom komentar!