Review Komik The Librarian: Satu Karakter Banyak Ketegangan
Cerita dengan karakter tunggal merupakan jenis karya yang sudah jarang muncul. Akan tetapi, komik The Librarian jadi contoh bahwa cerita bergenre one man show bisa dikemas sedemikian keren oleh kreator Indonesia, bahkan terasa menegangkan!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cerita dengan karakter tunggal merupakan jenis karya yang sudah jarang muncul. Akan tetapi, komik The Librarian jadi contoh bahwa cerita bergenre one man show bisa dikemas sedemikian keren oleh kreator Indonesia, bahkan terasa menegangkan!
Membahas soal misteri, horor, dan thriller tentu tidak terlepas dari dunia supranatural. Bukan cuma novel atau film, komik pun tidak luput membahas soal ini.
Tak dapat dipungkiri bahwa genre horor, misteri, atau thriller masih digemari oleh audiens lokal. Komik lokal berjudul The Librarian di CIAYO karangan KayR801 adalah salah satunya. Dirilis pada 30 November 2017, komik ini sontak menjadi pusat perhatian para penikmat fiksi horor.
[duniaku_baca_juga]
Komik The Librarian terbilang unik, karena hanya ada satu tokoh kunci untuk menjalankan plot. Hal ini mengingatkan kita pada film Hollywood berjudul Buried; berkisah tentang seseorang yang terjebak di dalam liang kubur. Walau karakter kuncinya hanya satu orang, namun film ini berhasil membuat audiensnya tegang setengah mati.
Meskipun tidak sesunyi film Buried, namun komik The Librarian punya keserupaan: yakni cerita yang hanya berputar di satu karakter tertentu.
[duniaku_adsense]
Komik The Librarian memang merupakan contoh bahwa kreator lokal juga bisa membuat cerita one man show yang menarik. Mengapa The Librarian sangat direkomendasikan untuk penggemar serial misteri, horor, atau thriller? Simak ulasannya berikut ini!
[page_break no="1" title="Ulasan Komik The Librarian"]
Sumber: CIAYO Comics[/caption]
Komik The Librarian menceritakan sosok laki-laki penjaga perpustakaan bernama Miche. Koleksi buku perpustakaan Miche memang tidak biasa, buku-buku yang tidak ada di manapun selain di perpustakaan Miche. Hanya mereka (orang-orang) terkutuk dan dihantui yang bisa menemukan perpustakaan tersebut untuk meminta bantuan.
Namun, sang penjaga perpustakaan itu tidak benar-benar berpihak pada orang-orang yang dia bantu. Kebanyakan dari mareka yang masuk ke dalam perpustakaannya tidak akan kembali sebagai manusia lagi.
Karakter kunci komik The Librarian hanya Miche, si penjaga perpustakaan. Tidak ada hubungan sama sekali dengan orang-orang yang datang ke perpustakaannya selain mencari bantuan. Akan tetapi, orang-orang tersebut kebanyakan berakhir secara mengenaskan.
Ada yang mati, namun ada juga yang tetap hidup. Tetapi, cuma sekadar hidup, bukan hidup sebagai manusia.
Gaya khas dari komik The Librarian adalah surealisme. Surealisme tentang kehidupan manusia pada masa kini. Ini adalah style yang sudah jarang kita lihat di industri kreatif. Salut untuk kreatornya!
[duniaku_baca_juga]
Selain surealisme yang ditampilkan, komik The Librarian juga memasukkan sindiran secara halus untuk menyadarkan diri kita sebagai manusia. Jangan rakus, jangan serakah, dan sebagainya.
Keunikan lain selain one man show dan surealisme, The Librarian juga mampu menggiring persepsi pembaca soal sudut pandang lain tentang naskah jenis horor dan thriller dari segi visual, terutama komik digital lokal.
Lanjut ke halaman berikutnya ...
[page_break no="2" title="Horor yang Estetis"]
Sumber: Tourinmap Club[/caption]
Dari segi cerita, komik The Librarian sangat direkomendasikan untuk penyuka cerita horor sekali tayang. Dengan tokoh figuran yang berbeda-beda di setiap episodenya, cerita ringan The Librarian bisa membuat kamu bergidik ngeri sekaligus memikirkan kesalahan-kesalahan pada hidupmu.
Komik The Librarian dikreasikan dengan warna yang meriah. Dewasa ini, komik berwarna memang tengah digemari oleh pecinta komik lokal.
[read_more id="364337"]
Biasanya, komik bergenre horor kurang cocok jika diberi warna, tetapi The Librarian bisa melakukannya dengan apik. Walaupun berwarna, namun kengerian yang ditawarkan oleh The Librarian sama sekali tidak berkurang, apalagi sering berlatar di tempat-tempat yang familiar dengan kehidupan kita.
Tokoh Miche yang kalem, ramah, dan berpenampilan rapi juga membuat pembaca merasa penasaran. Begitu pula dengan koleksi buku-buku perpustakaannya. Segalanya terasa misterius dan membuat orang semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya Miche lakukan di dimensi manusia?
[read_more id="362199"]
Kekurangan komik The Librarian tidak begitu berarti dibandingkan ilustrasi komik dan cerita yang membuat kamu dag-dig-dug dari episode ke episode lainnya. Kekurangannya hanyalah pada jadwal perilisan cerita yang kurang bisa terprediksi.
Bagi penggemar cerita horor berbalut surealisme, komik The Librarian sangat wajib diikuti di platform CIAYO. Horornya berkelas, karena komik ini tidak sekadar membahas makhluk halus, tetapi juga membahas soal ketakutan, perasaan kehilangan, dan sebab-akibat.
[page_break no="3" title="Pojok Wawasan: Mengapa Perpustakaan Jadi Sarang Horor?"]
Sumber: Edge Trends[/caption]
Makhluk tak kasat mata memang ada di mana-mana, mereka bersanding dengan kehidupan kita. Namun, mengapa perpustakan sering dianggap sebagai sumber kejadian mistis?
Perpustakaan seringkali dianggap sebagai tempat mistis karena memang sepi dan jarang dikunjungi orang. Banyak ruang kosong yang pada akhirnya tak terpakai, walaupun penuh oleh tumpukan buku. Sayangnya, buku bukanlah benda hidup, tetapi benda mati. Sehingga, perpustakaan seringkali jadi tempat yang auranya mengerikan.
Beberapa tempat yang lebih besar, namun sepi dan jarang dikunjungi, juga menunjukkan aura yang serupa. Sebagaimana artikel yang dirilis di BuzzFeed, tempat-tempat yang kosong dan jarang didatangi manusia memang secara otomatis akan terlihat lebih gloomy. Hal ini mungkin karena tempat-tempat kosong punya warna yang berbeda. Kucal dan kelam.
Kedua, perpustakaan juga menjadi tempat berkumpulnya saksi bisu, terutama buku-buku usang atau yang sudah lama yang disimpan di rak. Barang-barang ini tentu memiliki sejarahnya tersendiri, bahkan mungkin menjadi saksi bisu bagi sejarah-sejarah yang kelam.
Sumber: Ghost Videos[/caption]
Sebagaimana jawaban di Yahoo Answers, barang-barang jadul yang tak terpakai terasa seram karena ada sisi sejarah yang membuatmu sulit untuk merasa relate. Karena terasa kelam dan tidak terlihat "kekinian", sehingga psikologis kita juga secara otomatis akan memeringatkan kita untuk berhati-hati.
Ketiga, perpustakaan adalah tempat untuk menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang. Singkatnya, semacam lorong waktu tanpa teknologi. Banyak bahan bacaan yang bisa membuka cakrawala kita tentang masa lalu dan mungkin akan terasa mengerikan.
Katakanlah kamu membaca buku tentang sejarah pembantaian, bagaimana perasaanmu?
Sumber: Travel Photo Report[/caption]
Keempat, perpustakaan adalah salah satu tempat yang terkesan kuno, sama seperti museum. Di museum, kita bisa merasakan aura horor karena banyak barang-barang bersejarah. Apalagi jika masuk museum militer, seperti Museum Mandala Wangsit di Bandung. Kita bisa menemukan senjata dan baju-baju tentara jaman dulu yang belum dibersihkan.
Kesamaan antara museum dan perpustakaan adalah menjadi tempat penyimpanan barang-barang bersejarah. Kesan jadulnya terasa kuat.
Terlepas dari fenomena supranatural, perpustakaan masih menjadi tempat favorit sebagian orang, terutama para pecinta buku cetak. Bau kertas buku lama memang lebih enak dicium dibandingkan buku elektronik pada masa kini. Buku juga tidak memerlukan baterai, sehingga lebih leluasa dibaca kapan saja.
[read_more id="362199"]
Perpustakaan juga merupakan jendela dunia pertama sebelum terciptanya mesin pencarian elektronik. Keunggulan buku fisik juga bersifat “kekal”. Meskipun bisa menjadi usang, tetapi apa yang terkandung di dalam buku bisa jadi tetap relevan dengan kehidupan masa kini.
Kendati taman pustaka atau perpustakaan sering dikatakan sebagai tempat mistis, perpustakaan akan tetap menjadi salah satu tempat untuk melepas penat. Suasanya yang sepi akan jadi tempat terapi yang menyenangkan, khususnya bagi kamu yang senang membaca.
Sumber: Jerusalem Post[/caption]
Selain itu, perpustakaan juga hemat biaya. Kita tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk membaca buku-buku yang kita inginkan, bahkan bisa saja gratis. Terlebih, jika kita ingin mencari buku jadul, maka perpustakaan adalah tempat yang tepat.
Baca The Librarian di: https://www.ciayo.com/id/comic/the-librarian
Diedit oleh Fachrul Razi