Chit-chat Bersama Crystagella, DJ Virtual Yang Mencari Jati Diri
Berencana adakan live dengan hologram dan rilis album
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Layaknya di Jepang, Indonesia juga tengah merasakan booming virtual idol. Eksis di dunia maya, mereka menjadi seorang livestreamer, penyanyi, atau seorang Youtuber pada umumnya. Ada semacam charm yang berbeda saat menyaksikan aksi mereka di komputer atau ponsel, berbeda dengan melihat manusia biasa.
Crystagella berbeda dengan para virtual Youtuber lain. Ia tidak membuat konten reguler. Ia juga tidak terlihat imut dan centil. Ia hanya suka membuat musik, dan musiknyalah yang berbicara tentang siapa dia sebenarnya. Namun pelantun tembang "Monochrome" dan "Stardust" ini memancarkan aura misterius yang bisa membuat penggemarnya penasaran.
Untuk mencari tahu siapa sosok Crystagella sebenarnya, tentunya saya harus menemuinya. Berkat bantuan teknologi terkini, akhirnya saya bisa menemui sosoknya yang maya namun benar-benar muncul di hadapan mata. Siapakah Crystagella sebenarnya?
1. Gadis biasa yang gak jaim
Pertama kali bertemu Crystagella di kawasan Senopati Jakarta, saya langsung tahu bahwa dia bukan seorang virtual idol biasa. Ia merokok, tatoan, dan secara keseluruhan sangat tomboi. “I’m not cute, I’m cool,” ujarnya singkat sambil menambahkan kalau dia “gak moe.”
Crystagella yang bernama asli Diana Kristarium ini kelihatan lebih mature dibanding usianya. Lahir tanggal 17 Agustus 1998, Krista berasal dari keluarga campuran Indonesia-Jepang. Mungkin ada hubungannya dengan hobi Krista yang cukup menyenangi hal-hal berbagu geek. Di samping hobi bermain game, nonton anime, dan padu-padan fashion, passion terbesar Krista ada di musik. Dengan musik, Krista mampu mengungkapkan isi hatinya.
2. DJ dan musisi virtual
Aktif sejak tahun 2012, Crystagella yang juga merupakan seorang DJ ini justru baru memulai breakthrough besarnya di tahun 2019 lalu. Meskipun sudah merilis beberapa single seperti "Call for Dinner" dan "Proud to Kill" di masa lalu, rilisan "Monochrome" di tahun 2019 benar-benar menaruh namanya di peta musik Indonesia. Belum lagi ditambah single follow-up-nya yaitu "Stardust" yang berkolaborasi dengan penyanyi Elang Defrianto yang tengah naik daun.
Reaksi terhadap "Stardust" ternyata cukup hangat. “Instagram gue itu bisa (dapat) 300 orang dalam 3 bulan. Sehabis 'Monochrome' itu kita punya follower 300-an. Terus, sekarang udah 600-an dan (viewer) Youtube-nya itu gila kenceng banget,” ujar Krista dengan antusias. Krista cukup terbantu karena promosi single-nya dibantu pula oleh Elang yang sudah punya following besar.
Raihan di layanan streaming musik Spotify pun tak kalah dengan di media sosial dan Youtube. “Hampir 5000 (play), 'Stardust' 2000. Jadi perbandingannya setengahnya. Sama 'Pixie Glow' amaze juga, hampir 1000. Padahal gue gak pernah promote, dan banyak yang suka itu lagu,” jelas Krista.
Baca Juga: Intip Stardust, Single Baru Virtual DJ Crystagella Ft. Elang Defrianto
3. City pop, city pop dimana-mana!
Jika ditanya tentang warna musik, Krista dengan mantap menjawab musiknya terpengaruh era 80an. “Future funk, city pop, disko, malah lagu-lagu pertamaku itu nu disco,” terangnya. Dari influence sendiri, Krista memang banyak terpengaruh musisi-musisi kekinian seperti Ramengvrl, Namie Amuro, Utada Hikaru, Skrillex, dan lain-lain. Namun, pengaruh dari artis seperti Daft Punk, Aya Anjani, Yubin (Wonder Girls), Perfume, Kero Kero Bonito, hingga Fariz RM sangat membentuk musik-musik Crystagella yang bergaya 80’s.
Kenapa "Stardust" dan "Pixie Glow" harus jadi musik 80an sih? Saat saya banyak berbicara dengan Krista tentang musik Indonesia, menurutnya di tahun 2020 ini musik indie akan bangkit menyalip musik major label karena dorongan industri 4.0 serta keberanian para musisi untuk lebih kreatif dalam bermusik. “Gue juga ngegas (musik) 80’s karena sekarang lagi dapet (momennya). Kebetulan banget musik gue 80’s sejak 2012 sampai sekarang,” sambung Krista.
4. Breakthrough ke pasar musik Indonesia
Tak ada kata lain yang cocok mendeskripsikan Krista selain ambisius. Sejak awal ia mengincar kolaborasi dengan beberapa artis lokal yang besar di skena indie. Apa kriteria untuk jadi kolaborator Krista? “Kalau dia penyanyi, suaranya yang jelas sih. Lalu satu warna dengan gue,” ungkapnya. Ambil contoh Elang Defrianto, yang karakter suaranya cocok dengan musik city pop yang Krista garap.
Ia juga mengincar beberapa panggung musik lokal untuk memainkan musiknya, entah itu Orutaku atau bahkan We The Fest; malah Krista juga membidik nominasi di AMI Awards. Dedikasi penuh Krista terhadap musik membuatnya tidak ingin terdistraksi dengan hal-hal lain. “Fokus ke musik saja karena (vtuber) banyak persaingannya,” pungkasnya.
Baca Juga: Begini Jadinya Jika Dunia Musik Indonesia Diibaratkan Desa Konoha!
5. Ingin menjadi seperti manusia
Sekilas Krista nampak seperti gadis perempuan kebanyakan yang biasa kamu temui. Sedikit rebel, tapi cukup nyata. Namun patut diingat kembali bahwa nature dari Krista sendiri adalah maya.
“Dalam lagu 'Monochrome', gue yang virtual ingin merasakan sebagai manusia asli,” ungkap Krista. “Analoginya kayak jatuh cinta dengan laki-laki, tapi sebenernya bukan laki-laki. Melainkan, kayak perumpamaan dunia. Gue gak ada di sini tapi ingin ada.”
Mendengar itu, saya langsung merasakan kalau Krista memang layaknya anak remaja seumurannya. Chill di luar, tapi banyak pikiran di dalam. Krista kemudian menunjuk tato di bawah matanya, yang terlihat seperti air mata. “Gue ambil filosofi dari Joker, ya. Dia jadi penghibur tapi dia selalu menangis,” jelasnya.
Tato memang jadi hal yang paling mudah diamati dari sosok Krista. Ia menjelaskan bahwa tato-tatonya merupakan simbol alkemi dan mewakili berbagai elemen utama seperti air, api, dan lain-lain. Karena tato di mata Krista melambangkan air mata, saya kira simbolnya merupakan elemen air, tapi saya salah. “Di atas itu udara,” kata Krista mengoreksi. “Tangan kanan dan kiri itu api dan air yang bersebrangan. Nah, di bawah perut itu adalah elemen earth. Itu adalah elemen yang ada di dunia.”
6. Tampil di panggung live
Di tahun 2020 ini, Crystagella bakal membuat banyak gebrakan. “Nanti rilis album gue recananya di kuartal 4 2020. Timingnya enak, soalnya banyak game rilis di sana,” ungkap Krista. Ia sudah punya setidaknya tiga materi single yang akan rilis, dengan beberapa diantaranya eksklusif untuk album. Krista juga tengah menyiapkan video klip untuk "Pixie Glow" yang akan diumumkan segera.
Selain itu, Krista juga merencanakan penampilan live pertamanya baik sebagai musisi, penyanyi serta DJ. Dengan memanfaatkan teknologi hologram ala Skrillex dan Hatsune Miku, sosok Krista akan hidup di atas panggung. Ia akan memainkan set DJ, membawakan lagu original, hingga berinteraksi dengan penonton. “Gue main (musik) house di 128 bpm. Bakal main di 125-128-100-140-an bpm, dan ending-nya 'Monochrome' di 175,” ujar Krista menjabarkan gaya bermainnya di balik turntable.
Kapan Krista akan mengadakan live pertamanya? “Gue bakal live di kuartal kedua 2020 paling cepat,” jawabnya singkat. Ternyata mendahului rilis albumnya. Jadi gak sabar menantikan live-nya Crystagella!
Begitulah sosok seorang Diana Kristarium alias Crystagella, virtual DJ/musician yang benar-benar serius ingin menggebrak dunia musik Indonesia. Penasaran dengan aktivitas Krista? Kamu bisa ikuti media sosialnya di Facebook (https://www.facebook.com/crystagella/), Instagram (https://www.instagram.com/crystagella/), dan Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCkig23wlGUva3-0GDy3xtPw). Sukses terus untuk Krista dan semoga live serta album perdananya bisa meluncur dengan lancar!
Baca Juga: 5 Potret Ramengvrl, Rapper Lokal Pengisi Lagu Need For Speed Heat!