Penilaian Overlord: The Sacred Kingdom, Pemangkasan yang Dipaksakan
Seharusnya ada 12 episode untuk kejatuhan The Holy Kingdom

Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Fantasy
ACTORS: Satoshi Hino, Yumi Hara, Masayuki Katô
DIRECTOR: Naoyuki Itô.
RELEASE DATE: 18 Januari 2025
RATING: 3/5
Adaptasi film dari serial anime sering kali menjadi tantangan besar, terutama ketika mencoba merangkum cerita panjang ke dalam durasi yang terbatas. Overlord: The Sacred Kingdom, yang diangkat dari arc Holy Kingdom dalam novel ringan dan anime-nya, mencoba menjawab ekspektasi penggemar setia dengan membawa konflik besar ke layar lebar. Namun, hasil akhirnya justru menjadi pengingat bahwa tidak semua cerita panjang cocok diringkas menjadi dua jam film.
Disutradarai oleh Naoyuki Itô dan ditulis bersama oleh Kugane Maruyama, film ini berlatar setelah peristiwa di musim keempat serial Overlord. Dengan banyaknya karakter dan intrik yang harus diperkenalkan, Overlord: The Sacred Kingdom terasa seperti perjalanan panjang yang melelahkan, baik bagi penggemar setia maupun penonton baru.
Film ini berfokus pada perjuangan Kerajaan Suci Roble, yang terancam oleh pasukan beastman yang dipimpin oleh demon Jaldabaoth. Dalam keputusasaan, mereka meminta bantuan kepada Ainz Ooal Gown, penguasa undead yang memimpin Kerajaan Penyihir.
1. Kisah yang Padat, tapi Tidak Terjalin dengan Baik
Cerita film ini sebenarnya memiliki potensi besar dengan berbagai elemen menarik seperti politik, pertempuran, dan pengembangan karakter baru, seperti Neia Baraja, seorang pemimpin muda yang perlahan-lahan mendapatkan rasa hormat dari Ainz. Sayangnya, banyak momen penting dalam film ini terpotong atau hanya disajikan secara sepintas. Misalnya, pertemuan pertama para Paladin dengan Ainz di ruang tahta yang penuh ketegangan justru dilewatkan begitu saja, membuat rasa penasaran penonton menjadi antiklimaks.
Bagi mereka yang tidak mengikuti serial Overlord, film ini hampir tidak menawarkan konteks memadai untuk memahami kompleksitas cerita. Sebagian besar waktu habis untuk membangun drama politik dan konflik antar kerajaan, tanpa memberikan ruang cukup untuk karakterisasi yang mendalam atau aksi spektakuler yang memukau. ujung-ujungnya kebanyakan penonton baru hanya melihat Overlord sebagai sebuah anime "edgy" yang penuh dengan adegan gore. Yah, mereka tidak salah sih.
Baca Juga: 10 Anime Isekai Terbaik di Netflix, Ada Tensura dan Overlord!
2. Visual yang Ambisius tapi Tanggung
Secara visual, Madhouse berhasil memberikan kualitas animasi yang lebih baik dibandingkan serialnya, terutama pada adegan-adegan pertempuran. Penggunaan animasi 2D dan 3D terasa lebih halus meskipun masih ada momen-momen janggal. Namun, sayangnya, banyak adegan aksi besar yang malah dipotong atau hanya ditampilkan melalui efek ledakan dari kejauhan, sehingga kehilangan dampak emosional yang seharusnya hadir dalam pertarungan epik.
Momen-momen yang seharusnya menjadi klimaks, seperti duel antara Ainz dan lawan tangguh, sering kali dipotong sebelum aksi sebenarnya dimulai. Ini membuat frustrasi, terutama bagi penggemar yang menantikan kehebatan Ainz dalam menunjukkan kekuatan magisnya yang luar biasa.
Salah satu elemen yang tetap menjadi kekuatan dari film ini adalah akting suara dari para pengisi karakter. Satoshi Hino sekali lagi memberikan penampilan luar biasa sebagai Ainz Ooal Gown, dengan suara beratnya yang karismatik. Yoshino Aoyama juga berhasil memberikan kepribadian yang kuat kepada Neia Baraja, membuatnya menjadi karakter baru yang menarik untuk diikuti.
3. Kesimpulan
Overlord: The Sacred Kingdom adalah film yang ditujukan untuk penggemar setia, tetapi tidak memberikan cukup alasan bagi penonton baru untuk peduli. Dengan cerita yang padat namun kurang terjalin, serta keputusan kreatif yang memotong banyak momen penting, film ini terasa seperti episode panjang yang seharusnya lebih baik dijadikan satu musim penuh.
Bagi penggemar lama, film ini mungkin menawarkan beberapa momen nostalgia dan pengembangan karakter, tetapi bagi penonton baru, pengalaman ini terasa seperti jalan pintas yang membingungkan. Bisa dibilang film ini adalah sebuah langkah yang kurang maksimal untuk membawa dunia Overlord ke layar lebar.
Baca Juga: 15 Anime Mirip Overlord Terbaik, Berlatar di Dunia Fantasi