Review Film Ngeri-Ngeri Sedap, Sajian Drama Keluarga Bernuansa Batak
Dari sini kita bisa belajar tentang pentingnya keluarga
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Drama comedy
ACTORS: Arswendy Bening Swara, Tika Panggabean, Indra Jegel, Boris Bokir
DIRECTOR: Bene Dion
RELEASE DATE: 2 Juni 2022
RATING: 4.5/5
Film Ngeri-Ngeri Sedap merupakan karya pertama rumah produksi Imajinari di bawah arahan sutradara sekaligus penulis naskahnya, Bene Rajagukguk. Film ini sendiri merupakan adaptasi dari sebuah novel dengan judul serupa yang ditulis oleh sutradaranya sendiri.
Apa sih yang membuat film ini sangat layak kamu tonton? Simak ulasannya berikut ini!
Baca Juga: Review The Doll 3, Horor dengan Pelajaran Merelakan Orang Tercinta
1. Sinopsis
Film ini berkisah tentang pasangan suami-istri keluarga Purba yang dipanggil Pak Domu dan Bu Domu kesulitan membuat anak-anaknya yang merantau untuk pulang kampung. Padahal mereka menginginkan anak-anak bisa menghadiri pesta adat yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
Pak Domu dan Bu Domu memutuskan suatu langkah radikal agar bisa membuat ketiga putra kembali ke desa, yaitu dengan berpura-pura minta cerai. Dengan begitu, Sarma yang notabene adalah putri mereka pun panik dan langsung meminta ketiga saudaranya untuk pulang.
Usaha Pak Domu dan Bu Domu sendiri berhasil. Namun mereka tak menyangka bahwa semua rencana itu malah membuat keduanya hampir ke kehancuran rumah tangga mereka.
Bisakah keluarga Purba tetap bersatu?
2. Detil kebudayaan Batak yang begitu kental
Seperti halnya film KKN di Desa Penari dan Srimulat: Hil yang Mustahal dengan nuansa budaya Jawanya yang kental, film satu ini juga mampu membawakan budaya suku Batak secara lengkap.
Kalian bisa melihat bagaimana orang suku Batak hidup mulai dari bahasa sehari-hari, kulinernya, pesta adat, kebiasaan nongkrong sampai ke pemilihan kain ulos untuk setiap momen acara adat pun tak terlewatkan.
Tidak hanya keindahan budayanya, film ini juga memperlihatkan apa yang terjadi jika generasi mudanya melupakan budaya leluhurnya tersebut seperti saat Domu salah memilih warna kain ulos dan Sahat yang salah memanggil kerabatnya dengan sebutan khas keluarga dari suku Jawa.
3. Setiap tokohnya punya permasalahan masing-masing yang terhubung
Bisa dibilang salah satu kelebihan film ini adalah penyajian konfliknya yang terhubung oleh setiap problematika tokohnya masing-masing.
Pak Domu yang masih berpegang pada pemikiran konservatifnya menginginkan keluarganya harus menurut. Bu Domu yang hanya ingin tak terpisahkan lagi dengan anak-anaknya yang merantau. Sedangkan anak-anaknya sendiri tak ingin pilihan hidupnya diusik.
Dari masalah itu, kemudian terjadi konflik seru di mana setiap pihak semula masih merasa bahwa pilihan mereka adalah yang benar.
Satu-satunya jalan yang tersisa adalah semua orang harus membuka diri dan menemukan titik temu yang bisa mengakomodasi keinginan masing-masing.
4. Development karakter berkembang dengan baik
Bukan hanya sajian problematika dan konflik keluarga yang begitu padat dan mudah dimengerti, pendalaman karakternya juga bisa berkembang pasti seiring berjalannya waktu.
Pak Domu yang semula begitu keras akan pendiriannya perlahan mulai menerima situasi di mana ia harus melihat sendiri apa yang didapatkan anak-anaknya yang telah memilih jalan hidupnya sendiri.
Sedangkan Bu Domu yang awalnya terkesan tertutup dan penurut kini menjadi semakin berani dan yakin akan keyakinan dan keinginannya sendiri setelah melihat semua anaknya yang berani berargumen di depan ayah mereka.
Tidak hanya itu, semua anak Pak Domu juga yang awalnya asyik dengan dunia mereka sendiri akhirnya mulai paham bahwa mereka tak boleh melupakan jati diri mereka dan juga kampung halaman beserta adat-istiadatnya.
5. Sisipan komedi satir yang tajam namun tetap kocak
Selain drama keluarga, film ini juga mendapat sisipan komedi yang berbeda.
Hal yang membuat komedinya berbeda tentunya adalah gaya satir yang terdapat dalam setiap dialog tokohnya. Salah satunya adalah tentang ucapan Bu Domu yang menyindiri tentang kesuksesan suaminya yang bisa kalian lihat dalam trailer filmnya.
Tidak hanya gaya satir yang nyambung dan juga tetap kocak. Tingkah polah setiap tokohnya terutama anak-anak Pak Domu yang sempat buta akan budayanya sendiri menjadi kelucuan yang sukses memancing tawa penonton.
6. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik
Tidak hanya menyajikan drama keluarga berbumbu komedi, film ini juga menyajikan tentang pelajaran hidup.
Salah satunya adalah pentingnya sebuah keluarga. Film ini menekankan sebuah pesan bahwa tak peduli seberapa jauh seseorang merantau, hendaknya ia harus menyempatkan diri untuk pulang ke tanah kelahiran dan menemui keluarga mereka.
Selain pentingnya sebuah keluarga, film ini juga mengusung pesan bahwa kejujuran, keterbukaan dan toleransi adalah tiga hal yang selalu berhasil merekatkan hubungan yang telah retak.
Tanpa semua hal itu, tentu kita tak akan pernah memahami suatu masalah dan menemukan solusinya.
7. Kesimpulan
Sebagai karya pertama rumah produksi Imajinari, film ini sukses membawakan sajian cerita drama dengan sisipan komedi dan unsur tema kebudayaan Batak yang begitu kental.
Tidak hnya dipuaskan oleh insight baru tentang kebudayaan Batak, penonton juga bisa merasa terhubung ke para karakternya dan juga bisa belajar dari konflik film tersebut yang pastinya juga dialami oleh setiap orang di dunia nyata.
Mungkin yang terasa kurang dari film ini adalah penyelesaian ceritanya yang terkesan terlalu cepat dan juga tanggung, terutama masalah yang dialami oleh setiap anak Pak Domu.
Dari skala 1-5, kami memberikan angka 4.5 untuk film ini. Bagaimana pendapat kalian?
Jangan lupa tulis di kolom komentar, yah!
Diterbitkan pertama 13 Juni 2022, diterbitkan kembali 17 Agustus 2024.
Baca Juga: Review Srimulat: Hil yang Mustahal, Pencarian Jati Diri Penuh Tawa