Kenapa Hashira Batu Selalu Menangis di Kimetsu no Yaiba?
Penampilannya mengintimidasi, tetapi dia begitu lemah lembut
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba karya Koyoharu Gotouge telah memperkenalkan banyak karakter ikonis sepanjang serialnya berjalan. Di antara yang paling berkesan selain sang protagonis utama ialah jajaran para Pilar atau Hashira, yakni tingkatan tertinggi di Korps Pembasmi Iblis.
Masing-masing Pilar mewakili kekuatannya tersendiri. Mereka juga hadir dengan beragam kepribadian yang menjadi ciri khas, dan salah satu yang cukup menarik untuk diulik ialah Gyomei Himejima, Pilar Batu yang kerap digambarkan dengan ekspresi sedih bahkan bercucuran air mata.
Gyomei tampil dengan rupa yang sebenarnya terlihat mengintimidasi, didukung dengan ukuran tubuhnya yang tinggi besar. Di antara Hashira yang lain pun, dia adalah yang paling dihormati, entah itu karena usianya yang paling senior, atau karena kekuatannya.
Oleh karena itu, penggemar mungkin bertanya-tanya mengenai hal yang melatarbelakangi ekspresi sedih yang seringkali diperlihatkan karakter satu ini.
Alasan kenapa Hashira Batu selalu menangis di Kimetsu no Yaiba bisa jadi berkaitan dengan masa lalunya yang tragis atau hal lainnya yang belum penggemar ketahui. Simak pembahasan lengkapnya berikut, yuk!
1. Gyomei punya masa lalu yang sulit
Poin pertama yang menjadi alasan di balik ekspresi sedih Gyomei Himejima tampaknya berhubungan dengan masa lalunya yang berat.
Konon, Gyomei kehilangan sang ayah akibat wabah penyakit, sedangkan ibunya meninggal selama proses melahirkan. Gyomei sendiri mengalami kebutaan akibat demam yang dia derita tak lama setelah kepergian kedua orang tuanya.
Menginjak usia remaja, Gyomei hidup bersama 9 anak yatim piatu di kuil kumuh. Dia merelakan masa mudanya untuk mengasuh anak-anak tersebut. Bahkan tubuhnya saat itu benar-benar kurus.
Di daerah sekitar kuil, Gyomei membakar dupa Wisteria agar mereka terhindar dari serangan Iblis. Anak-anak juga dilarang untuk pergi jauh melewati batas yang telah Gyomei buat.
Namun, salah satu anak yang kemudian diketahui adalah Kaigaku melanggar aturan tersebut. Kaigaku menumbalkan teman-temannya sebagai ganti jika ingin dibebaskan oleh Iblis yang ditemuinya. Pembantaian pun terjadi di kuil tempat mereka tinggal.
Gyomei yang menyadari adanya "kekuatan" dalam dirinya akhirnya melawan Iblis tersebut sampai matahari terbit. Satu-satunya anak yang selamat ialah Sayo, si bungsu yang menuruti perintah Gyomei untuk bersembunyi di belakang tubuhnya.
Sayo kemudian pergi mencari pertolongan, tetapi kata-katanya menimbulkan kesalahpahaman. Apalagi, Iblis yang dilawan Gyomei telah habis terbakar sinar matahari.
Orang-orang mengira bahwa Gyomei lah yang telah membunuh semua anak di kuil. Dia pun dipenjara dan akan dijatuhi hukuman mati. Beruntung Ubuyashiki berhasil menyelamatkannya dan merekrutnya sebagai anggota Korps Pembasmi Iblis.
Meski peristiwa tersebut sudah terjadi begitu lama, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa Gyomei masih menyimpan kepedihan yang mendalam. Dia bahkan memerlukan teknik khusus yang bisa membuat pikirannya tetap jernih dan fokus, yaitu Repetitive Action.
Teknik yang diajarkan pula kepada Genya tersebut mengharuskan Gyomei mengulangi mantra khusus sembari mengingat memori paling menyakitkan dalam hidupnya. Kenangan tersebut sekaligus menjadi sumber kekuatan utama yang membuatnya terus maju hingga akhir.
2. Karakter Gyomei tampaknya terinspirasi dari sosok Bodhisatwa terkemuka
Terlepas dari masa lalunya yang tragis, ada alasan lain yang melatarbelakangi mengapa Gyomei Himejima diperlihatkan sebagai sosok yang begitu perasa.
Karakter Gyomei disebut-sebut terinspirasi dari sosok Bodhisatwa atau calon Buddha terkemuka, yaitu Awaloketiswara. Ini sangat cocok dengan ciri khas seorang Gyomei seperti yang biasa dipertontonan sepanjang seri.
Dalam kepercayaan Buddha, Awaloketiswara adalah calon Buddha yang menjadi perwujudan sifat welas asih dari seluruh Buddha. Namanya pun diartikan sebagai 'Tuan yang melihat ke bawah'.
Sifat dan makna nama Awaloketiswara mengacu pada kepribadian yang selalu berempati terhadap dunia yang dipenuhi penderitaan. Ciri ini merupakan gambaran yang pas untuk mendeskripsikan seorang Gyomei Himejima.
Gyomei memang tak dapat menggunakan indra penglihatannya lagi. Namun, berkat itu, dia jadi mengasah indra pendengarannya sedemikian rupa, sehingga seakan-akan tetap mampu melihat meski dengan telinga.
Selain itu, Awaloketiswara kerap diasosiasikan dengan salah satu mantra paling populer, yakni "om mani padme hum". Mantra tersebut umumnya diucapkan seorang biksu sembari memegang tasbih, dan ini mirip seperti yang biasa Gyomei lakukan.
Awaloketiswara juga dipercaya akan menjawab doa dari orang-orang yang menginginkan anak. Ini bisa jadi berkaitan dengan masa lalu Gyomei yang mengasuh anak-anak yatim piatu seorang diri.
Terakhir, Gyomei benar-benar persis seperti Awaloketiswara yang selalu menangisi dunia yang penuh akan penderitaan dan kesengsaraan.
3. Pengaruh agama Buddha dalam seri Kimetsu no Yaiba
Beberapa di antara kamu mungkin berpikir, bagaimana bisa karakter Gyomei mengadaptasi salah satu sosok calon Buddha terkemuka seperti Awaloketiswara?
Pada dasarnya, seri Kimetsu no Yaiba sebenarnya banyak mengambil referensi dari kepercayaan tersebut. Contoh paling nyatanya ialah bunga Wisteria yang dalam cerita diperkenalkan sebagai racun mematikan bagi Iblis.
Dalam Buddhisme Tanah Murni, bunga Wisteria dijadikan simbol penting yang melambangkan keindahan dan fananya kehidupan secara bersamaan. Teknik Pernapasan pun nyatanya merupakan salah satu bentuk dasar praktik meditasi Buddhis.
Di sisi lain, Genya Shinazugawa yang merupakan murid Pilar Batu Gyomei Himejima menerapkan pengulangan mantra Amida Sutra sebagaimana yang diajarkan sang mentor untuk mengatasi kekurangannya karena tak berbakat dalam penguasaan Teknik Pernapasan.
Contoh lainnya dapat dilihat dari salah satu bentuk Teknik Darah Iblis milik Upper Moon 2 Doma yang disebut "Rime - Water Lily Bodhisattva".
Itulah alasan kenapa Hashira Batu selalu menangis, yang mana hal ini dipengaruhi oleh memori kelam tentang masa lalu Gyomei, beserta beberapa poin yang berkaitan dengan referensi dari kepercayaan Buddha. Bagaimana menurutmu?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku
Baca Juga: 8 Hal Menarik di Kimetsu no Yaiba Season 4 Episode 4!